Wayang

Wayang
Ugrasena

Sabtu, 26 Maret 2011

Prabu Dasarata

DASARATA
Dasarata (Sansekerta: Daśaratha) adalah tokoh dari wiracarita Ramayana, seorang raja putera Aja, keturunan Ikswaku dan berada dalam golongan Raghuwangsa atau Dinasti Surya. Ia adalah ayah Sri Rama dan memerintah di Kerajaan Kosala dengan pusat pemerintahannya di Ayodhya. Ramayana mendeskripsikannya sebagai seorang raja besar lagi pemurah. Angkatan perangnya ditakuti berbagai negara dan tak pernah kalah dalam pertempuran.

Masa muda
Pada saat Dasarata masih muda dan belum menikah, ia suka berburu dan memiliki kemampuan untuk memanah sesuatu dengan tepat hanya dengan mendengarkan suaranya saja. Di suatu malam, Dasarata berburu ke tengah hutan. Di tepi sungai Sarayu, ia mendengar suara gajah yang sedang minum. Tanpa melihat sasaran ia segera melepaskan anak panahnya. Namun ia terkejut karena tiba-tiba makhluk tersebut mengaduh dengan suara manusia. Saat ia mendekati sasarannya, ia melihat seorang pertapa muda tergeletak tak berdaya. Pemuda tersebut bernama Srawana. Ia mencaci maki Dasarata yang telah tega membunuhnya, dan berkata bahwa kedua orang tuanya yang buta sedang menunggu dirinya membawakan air. Sebelum meninggal, Srawana menyuruh agar Dasarata membawakan air ke hadapan kedua orang tua si pemuda yang buta dan tua renta. Dasarata menjalankan permohonan terakhir tersebut dan menjelaskan kejadian yang terjadi kepada kedua orangtua si pemuda. Dasarata juga meminta ma'af di hadapan mereka.
Setelah mendengar penjelasan Dasarata, kedua orang tua tersebut menyuruh Dasarata agar ia mengantar mereka ke tepi sungai untuk meraba jasad puteranya yang tercinta untuk terakhir kalinya. Kemudian, mereka mengadakan upacara pembakaran yang layak bagi puteranya. Karena rasa cintanya, mereka hendak meleburkan diri bersama-sama ke dalam api pembakaran. Sebelum melompat, ayah si pemuda menoleh kepada Dasarata dan berkata bahwa kelak pada suatu saat, Dasarata akan mati dalam kesedihan karena ditinggalkan oleh puteranya yang paling dicintai dan paling diharapkan.
Istri dan keturunan
Dasarata memiliki tiga permaisuri, yaitu Kosalya, Sumitra, dan Kekayi. Lama setelah pernikahannya, Dasarata belum juga dikaruniai anak. Akhirnya ia mengadakan yadnya (ritual suci) yang dipimpin Resi Srengga. Dari upacara tersebut, Dasarata memperoleh payasam berisi air suci untuk diminum oleh para permaisurinya. Kosalya dan Kekayi minum seteguk, sedangkan Sumitra meminum dua kali sampai habis. Beberapa bulan kemudian, suara tangis bayi menyemarakkan istana. Yang pertama melahirkan putera adalah Kosalya, dan puteranya diberi nama Rama. Yang kedua adalah Kekayi, melahirkan putera mungil yang diberi nama Bharata. Yang ketiga adalah Sumitra, melahirkan putera kembar dan diberi nama Laksmana dan Satrugna.
Kehidupan selanjutnya dan kematian
Dasarata yang sudah tua hendak menobatkan Rama sebagai raja, sebab Rama adalah putera sulung sekaligus yang paling diharapkan Dasarata. Namun tindakannya tersebut ditentang oleh permaisurinya yang paling muda, yaitu Kekayi. Atas tuntutan Kekayi, Dasarata membuang Rama ke dalam hutan. Setelah membuang Rama ke tangah hutan, Dasarata membenci Kekayi dan ia tidak sudi lagi jika wanita tersebut mendekatinya. Tak beberapa lama kemudian, Dasarata jatuh sakit. Dalam masa-masa kritisnya, ia bersedih sambil mengenang kembali dosa-dosanya. Ia juga mengungkit kisah masa lalunya yang kelam di waktu muda kepada Kosalya, yaitu membunuh pertapa muda yang kedua orangtuanya buta. Dalam kesedihannya, Dasarata meninggal dunia karena sakit hati.

Jumat, 25 Maret 2011

DORNA/DRONA

Durna/Drona dipercaya sebagai guru untuk anak-anak Pandawa dan Kurawa karena dia ahli trik militer.

Resi Dorna atau Durna yang ketika ia masih muda bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Dia memiliki dua saudara setengah yang Kumbayaka Arya dan Dewi Kumbayani.

Resi Drona memiliki karakter gigih, arogan, sombong, liar dan rewel tetapi kemampuannya, keterampilan dan kekuasaan-Nya adalah hak istimewa tertentu juga master dalam taktik perang. Drona dipercaya sebagai guru untuk anak-anak Pandawa dan Kurawa karena dia ahli trik militer. Dia memiliki warisan keajaiban dalam bentuk keris yaitu Cundamanik dan panah Sangkali (yang diberikan Arjuna).

Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja Tempuru, dan mendapatkan seorang putra yaitu Bambang Aswatama. Drona berhasil membangun tapa Sokalima setelah untuk mengambil area setengah Pancala dari Prabu Drupada mengelola.

Sedikit cerita tentang durna:

Durna atau Kumbayana ada di epik Mahabharata saja. Ada citra Durna dalam kinerja wayang kulit java's. Durna adalah salah satu dari Resi banyak kekerasan, dia adalah sebagai guru (guru) dari semua pandawa dan Kurawa. Ketika Durna masih muda, dia adalah putra seorang raja. Durna muda tidak ingin menjadi seorang raja sama seperti ayahnya kemudian dia keluar dari negara itu dan ia menjadi 'Brahmana' (orang suci). Dan Durna belajar RamaParasu (Rama Parasu adalah guru paling kejam yang sudah berumur lama Ramaparasu hidup sejak zaman ramayana sampai era Mahabarata-+ / -. tahun 700 lama).
Durna menjadi guru bagi Pandawa dan Kurawa

Satu di atas pandawa, hari dan Kurawa (masih anak) sedang bermain bersama-sama dan kemudian mereka mengalami kesulitan karena mainan mereka telah merasa menjadi hole.Several mendalam dari pandawa boths dan anak Kurawa mencoba untuk mengambil mainan mereka kembali tetapi lubang itu terlalu dalam maka Durna datang dan menunjukkan bagaimana untuk mengambil sesuatu dari lubang yang dalam tanpa memasukkan lubang, mainan tiba-tiba di tangan. Pandawa dan Kurawa berbicara dengan Raja Drestarasta tentang hal ini, maka mereka lebih suka Durna sebagai guru mereka. Pandawa dan Kurawa belajar Durna bersama.

Ugrasena


Arya Ugrasena adalah putra ke-empat (bungsu) Prabu Basukunti, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Dayita, putri Prabu Kunti, raja Boja. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung bernama; Arya Basudewa, Dewi Kunti/Dewi Prita dan Arya Prabu Rukma.
Arya Ugrasena menikah dengan Dewi Wersini, seorang bidadari keturunan Sanghyang Pancaresi. Ia dapat memperistri Dewi Wersini berkat bantuan Prabu Pandu, raja negara Astina, yang berhasil membinasakan Prabu Kalaruci, raja negara Karanggubarja yang menyerang Suralaya karena ingin memperistri Dewi Wersini. Oleh Bathara Guru, negara Karanggubarja diserahkan kepada Arya Ugrasena, yang kemudian iak tahta bergelar Prabu Setyajid. Negara Karanggubarja pun diganti nama menjadi Lesanpura. Dari perkawinan Dewi Wersini, ia memperoleh dua orang putra bernama; Dewi Setyaboma dan Arya Setyaki. Secara tidak resmi Arya Ugrasena juga mengawini Ken Sagupi, swaraswati Keraton Mandura, dan memperoleh dua orang putra bernama; Arya Pragota dan Arya Adimanggala
Arya Ugrasena mempunyai sifat dan perwatakan; berani, cerdik pandai, tangkas dan pandai mempermainkan senjata gada. Ia menjadi raja negara Lesanpura menggantikan mertuanya, Prabu Wersaya dan bergelar Prabu Setyajid.Akhir riwayatnya diceritakan, Prabu Setyajid/Ugrasena gugur dimedan perang melawan Prabu Bomanarakasura, raja negara Surateleng atau Trajutisna.